KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA, SABANG-NANGGROE ACEH DARUSSALAM
DARI SISI SEBELAH KIRI TUGU KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA TERLIHAT PEMANDANGAN KE ARAH SAMUDERA HINDIA, DARI KEJAUHAN TERLIHAT PULAU BREUEH.
GEOGRAFIS KOTA SABANG-NAD, REPUBLIK INDONESIA |
Wilayah Kota Sabang dikelilingi oleh Selat Malaka di Utara, Samudera Hindia di Selatan, Selat Malaka di Timur dan Samudera Hindia di Barat. Kota Sabang terdiri atas 5 (lima) buah pulau yaitu Pulau Weh (121 km2), Pulau Rubiah (0,357 km2), Pulau Seulako (0,055 km2), Pulau Klah (0,186 km2), dan Pulau Rondo (0,650 km2). Di Pulau Weh terdapat sebuah danau air tawar bernama Aneuk Laot. Keadaan topografi Kota Sabang pada umumnya bergelombang, berbukit-bukit sedang sampai curam dan di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan. Topografis wilayah secara umum terbagi menjadi 3% dataran rendah, 10% dataran bergelombang, 35% berbukit, dan 52% berbukit sampai bergunung. Pulau Weh merupakan sebuah pulau vulkanik, sebuah pulau atol (pulau karang) yang proses terjadinya mengalami pengangkatan dari permukaan laut. Proses terjadinya dalam tiga tahapan, terbukti dari adanya tiga teras yang terletak pada ketinggian yang berbeda. Umumnya Pulau Weh terdiri atas dua jenis batuan, yaitu tuf marina dan batuan inti. Tuf marina dijumpai hampir sepanjang pantai sampai pada ketinggian 40 sampai 50 meter. Lapisan tuf yang terlebar didapat di sekitar kota Sabang, di bagian pantai berlapis sempit. Batuan sempit adalah batuan vulkanik yang bersifat andesitik. Topografi di sebelah Timur terdapat sebuah pegunungan yang arahnya dari Utara ke Selatan yang memisahkan Pulau Weh Timur dengan bagian lainnya. Gunung Leumo Mate merupakan puncak yang tertinggi. Di bagian ini terdapat lapisan tuf marina yang lebih besar. Di antara bagian Barat dan Timur terdapat aliran dua buah sungai, yaitu Sungai Pria Laot dan Sungai Raya. Daerah ini merupakan sebuah slenk dari sebuah fleksun (patokan yang tidak sempurna). Kondisi geologis wilayah ini terdiri dari 70% batuan vulkanis (andesite), 27% batuan sedimen (line stone dan sand stone), dan 3% endapan aluvial (recent deposit). Pulau Weh mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan lazimnya jatuh pada bulan September sampai Pebruari. Musim kemarau pada bulan Maret hingga bulan Agustus. Menurut hasil pengukuran Stasiun Meteorologi Sabang, curah hujan yang tercatat rata-rata 1.745 - 2.232 mm/tahun, dengan angka terendah pada bulan Maret sebesar 18 mm dan angka tertinggi pada bulan September sebesar 276 mm. Pada bulan September dan Oktober terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. |
SEJARAH KOTA SABANG-NAD, REPUBLIK INDONESIA |
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset Pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas. Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan. Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya. Diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tanggal 28 September 1998. Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit Udara dan Laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material kontruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh. |
ADMINISTRASI KOTA SABANG-NAD, REPUBLIK INDONESIA |
Wilayah Kota Sabang terbagi menjadi dua buah kecamatan yaitu Sukakarya dan Sukajaya. Sedangkan di Kecamatan Sukakarya terdapat 8 kelurahan, yaitu Kelurahan Iboih, Batee Shok, Paya Seunara, Krueng Raya, Aneuk Laot, Kota Bawah Timur, Kota Bawah Barat, dan Kota Atas. Kota Sabang mempunyai jumlah penduduk 26.505 jiwa, yang terdiri dari 13.579 Laki-laki dan 12.926 Perempuan. Pada kecamatan Sukajaya terdapat 12.348 jiwa, yang terdiri dari 6.385 Laki-laki dan 5.963 Perempuan. Sedangkan pada kecamatan Sukakarya terdapat 7.194 Laki-laki dan 6.963 Perempuan, sehingga total penduduk pada kecamatan ini 14.157 jiwa. (BPS, 2003). Di wilayah Kota Sabang, terdapat beberapa kelompok etnis dimana antara satu dan yang lainnya tidak jauh berbeda baik dalam kehidupan maupun dalam berbahasa. Pola hidup pada umumnya memiliki kesamaan dengan pola hidup masyarakat Aceh di daratan. Penduduk di wilayah ini pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang Pertanian dan Perikanan. Kemudian diikuti dengan Buruh, Perdagangan, Jasa, Angkutan, Pegawai, dan lainnya. |
FLORA DAN FAUNA KOTA SABANG-NAD, REPUBLIK INDONESIA
Data hasil inventarisasi menunjukkan bahwa sepanjang jalan menuju Ujung Ba’U banyak ditemukan permudaan dari pohon Tampu, Mentaling, Ara, Gelumpang dan lain-lain. Mendekati ujung Ba’u banyak ditemukan pohon-pohon besar antara lain pohon Beringin, Asam kandis, Damar laut, Bungo, Kenari, Ketapang dan lain-lain. Sedangkan vegetasi bawah didominasi oleh jeruk hutan yang berduri dan jenis rotan. Tumbuhan yang dibudidayakan yang paling dominan adalah kelapa, cengkeh dan sudah mulai dikembangkan kamiri dan coklat (cacao). Jenis satwa yang ada antara lain Kera (Macacus), Babi hutan (Sus vittasus), Ular sawah, Ular sendok, dan berbagai jenis burung seperti Srigunting, Celemeh, Alap-alap, Punai, But-but, Bayan Tiung yang sering terdengar suaranya, serta burung Dara Nikobar yang pada musim-musim tertentu melakukan migrasi ke Pulau Weh. Marina fauna di sekitar Pulau Weh terdiri dari banyak spesies ikan bertulang dan bertulang rawan yang cukup menarik bagi penyelidikan Zoologis. Di dalam karang yang membentuk taman laut yang sangat indah, di kedalaman 8-10 meter terdapat ikan kecil aneka warna yang merupakan representasi marina tropis yang amat mengagumkan, terutama di taman laut Pulau Rubiah. Perpaduan antara keindahan dan kejernihan air dengan berjenis-jenis bunga karang, ahinoderma, malussca, arthopoda dan ikan kecil dengan beragam jenis bunga karang dan biota laut lainnya yang beraneka warna.
|
WISATA KOTA SABANG-NAD, REPUBLIK INDONESIA |
Pulau Weh mempunyai keunikan dan keindahan akan kecantikan alami dan tempat-tempat sejarah. Selain daripada meriam-meriam dan benteng-benteng kuno, masih banyak lagi obyek masa lalu yang menarik. Beberapa tempat menarik adalah sebagai berikut. Taman Laut Rubiah Akomodasi berupa makanan dan penginapan tersedia di desa Iboih. Iboih adalah desa kecil dimana kondisi dan layanan penduduk sangat menunjang kenyamanan dalam menikmati atraksi alam sekitar. Hutan Wisata Iboih terletak bersebelahan dengan Taman Laut Rubiah, dengan luas sekitar 1300 hektar dan juga merupakan daerah terlindung. Hutan ini merupakan hutan hujan tropis yang masih tinggi kerapatannya tetapi selalu mengundang pengunjung untuk menikmati keindahan keasliannya. Hutan ini tempat bagi beragam binatang, banyak terdapat monyet, reptil kecil dan besar, dan burung beraneka warna termasuk burung dara Nicobar yang tidak terdapat di bagian lain Indonesia. Pantai Pantai di pulau Weh sangat beragam dan sangat menarik untuk dikunjungi. Pantai Kasih adalah pantai yang paling dekat dengan kota Sabang. Sekitar dua km ke arah Barat Daya terdapat pantai berbatu dengan banyak pepohonan kelapa sepanjang semenanjung. Di sepanjang semenanjung ini juga dapat ditemui beberapa peninggalan Perang Dunia II berupa benteng-benteng tempat senjata berat seperti meriam. Gua Pantai Terdapat beberapa gua alami di pantai barat Pulau Weh yang terletak berseberangan dengan Hutan Wisata Iboih. Gua-gua ini menghadap ke samudra dan dihuni bermacam burung, kelelawar, dan ular. Menjelajahi tempat ini dengan menggunakan perahu harus didampingi oleh penduduk lokal karena lokasi yang cukup sulit dijangkau, dan berbahaya, terutama antara bulan Mei dan September saat musim angin Barat. Kondisi ini sangat menantang bagi pencinta gua. EKSEKUTIF KOTA SABANG-NAD, REPUBLIK INDONESIA |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
MONUMEN KILOMETER NOL SABANG- REPUBLIK INDONESIA
SABANG DARI UDARA, TERLIHAT DANAU ANEUK LAUT, TELUK SABANG, PULAU KLAH, PULAU RUBIAH SERTA PULAU SEULAKO.
UJUNG PULAU, TERDAPAT KILOMETER NOL, BILA MENGGUNAKAN TEROPONG TERLIHAT JUGA PULAU RONDO DI KEJAUHAN GARIS PANTAI YANG INDAH.
UJUNG PULAU, TERDAPAT KILOMETER NOL, BILA MENGGUNAKAN TEROPONG TERLIHAT JUGA PULAU RONDO DI KEJAUHAN GARIS PANTAI YANG INDAH.
WASSALAM
RACHMAD YULIADI NASIR
rachmad_poltektk93 at yahoo dot com
www.sabangfreeport.blogspot.com
www.rachmadpoltektk93.blogspot.com