Monday, November 5, 2007

SUMBER DAYA ALAM-POTENSI PERIKANAN

SUMBER DAYA ALAM


POTENSI PERIKANAN

Berdasarkan data PDRB Kota Sabang, subsektor perikanan senantiasa mengalami peningkatan yang cukup berarti dengan rata – rata 13,6 % per tahun dari tahun 1997 hingga 2000, dan kontribusinya terhadap sektor pertanian-pun juga mengalami peningkatan. Sementara perkembangan jumlah petani nelayan di Kota Sabang tercatat tidak terlalu berfluktuasi sejak tahun 1993 – 2000 dimana jumlahnya berkisar antara 950 – 1050 orang.

Produksi perikanan laut Kecamatan Pulo Aceh juga menunjukkan angka yang cukup menggembirakan. Sekitar 4,7 % dari total produksi ikan Kabupaten Aceh Besar tahun 1999 merupakan hasil tangkapan dari kecamatan ini. Total produksi perikanan Kecamatan Pulo Aceh pada tahun 1999 sebanyak 533,30 ton dengan bagian terbesar berasal dari perikanan laut. Sementara jumlah nelayan yang termasuk dalam nelayan laut dan bersifat tetap tercatat untuk tahun 2000 adalah 396 orang serta petani tambak 10 orang.

Produksi ikan di Sabang terutama berasal dari perikanan laut karena terbatasnya areal kolam dan tambak. Selama kurun 1998 – 2002 produksi perikanan laut cenderung mengalami peningkatan (Tabel 4.9). Peningkatan ini tidak terlepas dari semakin bertambahnya armada dan alat penangkapan ikan yang dimiliki nelayan.

Berdasarkan data menunjukkan bahwa potensi lestari sumberdaya ikan untuk Selat Malaka cukup besar, yaitu 215,664 ton/hari dengan dominansi ikan Palagis Kecil sebesar 119,600 ton/hari dan ikan Demersal sebesar 82,400 ton/hari. Lainnya berupa Udang, Penoid, Lobster dan cumi-cumire; taif kecil. Sedangkan untuk Samudera Indonesia potensinya sebesar 923,341 ton/hari dengan dominasi ikan Palagis Kecil 429,711 ton/hari, Cakalang 112,921 ton/hari, Tuna 91,910 ton/hari, dan tongkol 90,516 ton/hari. Sedangkan potensi ikan lainnya seperti udang, cumi-cumi, dan ikan karang potensinya kurang dari 30,000 ton/hari.

Potensi sumberdaya ikan di atas belum sepenuhnya dieksploitasi oleh nelayan di sekitar perairan tersebut, maka dengan meningkatkan peralatan penangkap ikan, masih memungkinkan ditingkatkannya hasil tangkapan ikan laut tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.12, bahwa masih cukup besar peluang usaha penangkapan ikan laut, karena tingkat pemanfatannya masih relatif sedang. Pemanfaatan tangkapan ikan laut yang masih cukup peluangnya adalah Pelagis Kecil (59 %), Pelagis Besar ( 42-77 %), Demersal 35 %, Cumi-cumi 46 %, dan Udang Penoid sebesar 84 %. Ikan yang tidak punya peluang pemanfaatannya adalah ikan karang, seperti kerapu yang telah over eksploitasi.

Sesuai dengan letak goegrafisnya, Kawasan Sabang berada di antara perairan barat laut Sumatera dan laut Selat Malaka yang memang memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar. Selain tangkapan ikan laut, pengembangan usaha budidaya ikan berbasis tambak atau budidaya di laut (dengan sistim keramba jala apung) juga memiliki peluang untuk dikembangkan di pantai sekitar Pulao Weh dan Pulo Aceh. Potensi tambak (darat) di Pulau Weh seluas 62,5 Ha, yang terbagi untuk Sukajaya 20,5 Ha, dan Sukakarya 42,0 Ha. Usaha budidaya ini dapat dilakukan terutama untuk udang dan ikan nila. Sementara di daerah sekitar pantai dapat diusahakan untuk budidaya laut, seperti ikan kerapu, rumput laut, kerang mutiara, ikan hias dan sebagainya.

Ketersediaan ikan yang cukup besar di Sabang sebagaimana telah dipaparkan di atas tentunya dapat menjadi dasar untuk mengembangkan industri perikanan yang mampu menjadi andalan di kawasan ini. Hal ini juga didukung oleh adanya pengembangan segitiga pertumbuhan ekonomi yang menjadikan Sabang sebagai alternatif titik pengembangan industri perikanan yang strategis. Dengan adanya kebijakan Kawasan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, kesempatan ini akan lebih dapat ditunjang karena diharapkan dapat mendorong masuknya investasi yang besar untuk pengembangan industri perikanan terpadu.