POTENSI PERTAMBANGAN
Dalam hampir dua dekade terakhir ini, pariwisata oleh para ahli ekonomi diklasifikasikan Sebagai suatu industri yang tidak mengeluarkan asap (the smokeless industri), yang dapat menciptakan kemakmuran melalui pengembangan komunikasi, transportasi, dan akomodasi serta menyediakan kesempatan kerja relatif besar. Selain itu dikatakan pula bahwa pariwisata sebagai suatu lapangan usaha tidak hanya berperan sebagai sumber penghasilan devisa bagi negara, tetapi juga sebagai faktor yang menentukan lokasi industri dan sangat membantu perkembangan daerah-daerah yang miskin dalam sumber- sumber alam.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan laut yang cukup besar dengan garis pantai yang panjang. Salah satu potensi sumber daya pantai dan kelautan yang paling menjanjikan, yang dapat dimanfaatkan untuk kelanjutan pembangunan ekonomi Indonesia adalah permanfaatannya dalam usaha pariwisata. Indonesia kaya akan keindahan karang, keindahan pantai, keindahan vegetasi, taman laut,ndan budaya keramah-tamahannya. Indonesia ideal bagi setiap aktivitas pantai dan kelautan seperti berjemur di pantai sambil menikmati matahari, snorkeling dan menyelam, serta menjelajahi perkampungan nelayan.
Untuk menindaklanjuti potensi tersebut, fokus pembangunan ekonomi Indonesia saat ini telah beralih ke sumber daya pantai dan kelautan. Hal ini ditandai dengan kebijakan pemerintah yang senantiasa mempertimbangkan pantai dan kelautan yang berhubungan dengan aspek pembangunan sebagai suatu sektor sendiri.
Pergeseran fokus pembangunan dari aktivitas berdasarkan sumber daya daratan ke aktivitas berbasis sumber daya kelautan dikarenakan dua alasan utama: pertama, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau, 81.000 km garis pantai dan 63% (3,1 juta km persegi) wilayah teritorialnya merupakan laut yang dikarunai beragam sumber daya alam. Begitu juga halnya fakta yang wujud di Aceh, menunjukkan bahwa taman laut pulau rubiah merupakan taman laut terindah di Indonesia setelah taman laut Bunaken di Sulawesi Utara. Dan kedua, wajah pembangunan Indonesia sebahagian besar masih sangat bergantung pada sumber daya alamnya.
Wisata bahari merupakan sub sektor yang menjanjikan dan berpeluang menjadi sumber pendapatan utama dalam sektor pariwisata. Penciptaan kondisi bagi pengembangan wisata bahari tentunya harus mempertimbangkan faktor-faktor kelestarian lingkungan demi kelestarian wisata bahari itu sendiri dan kelestarian pembangunan nasional dalam skala yang lebih luas (konsep pembangunan berkelanjutan). Pada tataran nasional, pemerintah Indonesia telah memiliki komitmen untuk melaksanakan konsep pembangunan secara berkelanjutan, sebagaimana dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Kunjungan wisatawan ke Propinsi Aceh dari tahun ke tahun terus meningkat jumlahnya, meskipun tidak sebanding dengan daerah-daerah yang sudah maju pariwisatanya di seluruh Nusantara Indonesia. Peningkatan selama kurun waktu 10 tahun sampai dengan tahun 1998 memberikan suatu gambaran yang baik bagi perkembangan pariwisata Aceh.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan kunjungan wisatawan adalah sistem pengumpulan data yang dilakukan, trend kunjungan wisatawan, dan proyeksi kunjungan dimasa yang akan datang.
Pariwisata mulai tumbuh dan berkembang di Propinsi Aceh pada tahun 1980-an. Kunjungan demi kunjungan dengan berbagai alasan perjalanan mulai banyak dilakukan oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.